Jumat, 08 Juli 2011

SURAT PUTIH UNTUK RIRI

Untuk, Riri

Kita berkenalan dari semasa kecil.

Aku masih ingat rautmu dengan kuncir di rambut hitammu yang terurai. Bibirmu yang terpoles warna merah jelita, lucu sekali, sealunan dengan gaun putih mungilmu itu. Kita tak begitu banyak bicara tapi kita begitu banyak tertawa dan nakal bersama. Kamu manis. Aku tidak akan pernah lupa orang pertama yang membuatku mengerti gelisahnya rasa kangen untuk bertemu. Kamu. Kamu tidak pernah tahu itu. Apa kamu tahu, aku seperti orang yang kehilangan akal sehatnya, karena kuhitung dengan konversi detik dari hari dan minggu sampai membawamu kembali ke penglihatanku. Aku bingung ada orang sepertimu yang bisa membuat aku selalu mengatakan iya. Selalu bisa membuatku untuk meredam amarahku. Selalu mengambil kepingan hatiku sehingga setiap malam aku harus berlomba dengan waktu untuk segera tidur dan melihatmu kembali di sekolah. Selalu membuatku bisa menjadi orang yang kuat dan bodoh hanya agar kamu tersenyum dan tertawa. Dan kamu masih tidak tahu, masa kita, di sekolah itu. Rasa itu terus berkembang. Kamu tidak sadar bahwa semua kelakuanmu itu merayuku untuk lebih ingin dekat dengan dirimu. Tidak ada orang yang kamu inginkan untuk menemanimu mengendarai motor selain aku.

Semua yang kamu perlukan, kamu bilang padaku dan aku melakukan sebisaku. Aku ingat wangi parfummu, wangi tubuhmu, senyum nakalmu yang sangat manis, matamu, tingkahmu, kata-kata mutiara yang keluar dari kemarahan, kekagetanmu sekalipun itu untuk canda. O ya, aku suka tulisanmu dan manjamu. Riri, kamu juga pernah membuatku merasa di langit tertinggi sekaligus berada di antara keramaian orang namun dengan topengku. Saat kamu memiliki orang yang mengagumimu, aku takut kehilanganmu. Aku takut kamu menyukai salah satu dari mereka. Aku belum juga berani mengatakan semua ini padamu. Seringkali kita menikmati sore hari di tengah keramaian jalan kota, jaket yang tidak kukancing, diam-diam tanganmu dari belakang merengkuh kancing itu dan mengancingnya. Kamu tidak tahukah, kamu tidak boleh melakukan hal itu karena hanya membuatku salah tingkah serta berkata tidak perlu tapi sebenarnya ingin dan suka sekali. Kamu sering sekali memelukku dari belakang, tidak erat, tapi sudah cukup indah bagiku. Begitu banyak hal yang aku rasakan. Semuanya tersimpan begitu rapat, tidak pernah terbuka sebelum surat ini kutulis.

Sekarang baru aku sadari ternyata kotak hati ini sudah lebih dari 15 tahun kusimpan. Berdebu sekali, Ri. Tapi masih begitu hangat kurasakan kotak ini. Semalam aku berpikir, kapan aku akan membiarkan kotak ini terbuka dan melihat dengan tenang apakah kamu akhirnya menyadari bahwa ternyata ada satu kotak hati yang belum kamu buka di kehidupanmu, itu kotak hatiku. Dulu kotak itu tersembunyi pekat jadi kamu sulit untuk menemukan dan melihatnya, sekarang aku coba mempermudah semuanya. Aku sudah menunjukkan padamu, ini kotaknya dan sudah kubuka dengan kunci yang selama ini memang tidak ada duplikatnya selain dipikiranku. Hanya tinggal kamu baca dengan seksama isi kotak ini.

Tidak memintamu sama sekali untuk meniggalkan semua kotak hadiah yang kamu telah kamu buka dan miliki sekarang. Aku hanya mau kamu tahu bahwa ada satu kotak kecil yang selalu rindu untuk kamu temukan, kamu buka, kamu lihat ada apa di dalamnya, dan kamu baca isinya. Setelah itu terserah kamu, akan kamu geletakkan di sana, akan kamu remas dan kamu buang ataupun kamu simpan untuk kenanganmu. Tapi jangan menjawabnya dengan kata iya, Ri. Kamu hanya boleh menjadi temanku saja dan menjadi orang yang aku cintai, hanya untukku, tidak boleh untukmu. Aku mencintaimu sampai sekarang.


With love, An.


White room, August 5th, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar