Jumat, 08 Juli 2011

its so hard to tell you.

Kuangkat telepon kehidupan dari wajah-wajah orang di sekitarku. Terlihat letihnya mereka menghadapi getirnya akan suatu rasa sakit.

Semua menjauh saat kamu mulai jatuh cinta pada kehidupan ini. Rasa terkhianati pasti terasa setelah itu.
Pernahkah kamu merasa kamu orang baik yang seharusnya tidak sesuai mendapatkan semua ini.

Penderitaan. Caci maki. Direndahkan. Tersia dalam kasih.

Seorang mama berkata cukup tegas sampai bagiku itu tetap sebuah bisikan lembut.

Hati-hati menjalani hidupmu.

Makanlah sesuatu yang baik untuk tubuhmu bukan untuk mulutmu. Mulutmu akan menggumam namun dia akan berterima kasih pada akhirnya.

Bertahanlah dengan dirimu sendiri karena pada akhirnya semua hanya kamu yang merasakan.

Perjuangkan keinginanmu.

Tersenyumlah karena di samping itu kamu masih tetap terhubung dengan orang lain.

Hatiku kosong sekarang bukan karena derita atau pasrah tapi karena doa.

Apa yang bisa kamu rasakan melihat seorang mama berusaha menjaga anaknya dari seekor nyamuk yang mendengung di dalam kamar anaknya hanya untuk memastikan bahwa anaknya tidak tergigit oleh satu ekor nyamuk itu.

Pernahkan kamu melihat tangisan seorang mama yang jarinya berdarah sangat banyak karena berusaha membersihkan kepiting yang masih hidup untuk makanan favorit anaknya. Darahnya mengalir keras dan sampai berapa hari jarinya bengkak dan terasa linu.

Tidak pernahkah kamu melihat seorang mama tiba-tiba menangis saat tangannya yang terlatih merapikan kotak-kotak pakaian untuk kepergiannya besok dari kediaman anak perempuannya. Tangisannya sangat meluap namun ditahan.

Terpikirkah seorang papa yang sebenarnya merasa sangat tidak berguna saat anak laki-lakinya meminta untuk merayakan hari ulang tahunnya dengan mewah namun dia tidak mampu menggenapinya.

Sanggupkah kamu berpikir bahwa begitu sedihkah papa saat melihat anak laki-lakinya tidak menjadi seseorang yang menyenangkan di mata banyak orang. Hanya meminta menjadi orang yang ramah.

Dan, harus bagaimanakah aku menjadi seorang kakak saat mengetahui adiknya penuh dengan keangkuhan dalam hidupnya. Aku bicara, dia tak mendengar. Aku berteriak, dia pura-pura tidak mendengar. Aku menangis, dia hanya mendecak. Apa semuanya harus menghilang baru dia berkata terima kasih atas semuanya?



P.S : Aku pernah merasakan semua yang kamu rasakan, namun satu hal yang membuat kita berbeda. Karena aku bisa tersenyum dengan air mata penerimaan, berdoa, “terima kasih atas keluarga ini, para sahabatku, teman-temanku dan diriku.”


In My room & this tears, August 22, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar